Mengenal Nama Allah Al-Muhaimin
Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk dan mengadakan mereka dari ketiadaan, serta menundukkan bagi mereka apa yang ada di langit dan di bumi, agar mereka mengenal-Nya dan mentauhidkan-Nya. Maka, kesibukan seorang hamba dalam mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah kesibukan terhadap tujuan penciptaannya. Sementara berpaling dan menyia-nyiakannya adalah bentuk kelalaian terhadap tujuan ia diciptakan. Tidaklah layak bagi seorang hamba —yang telah dikaruniai begitu banyak keutamaan dan nikmat oleh Allah— untuk menjadi orang yang jahil (bodoh) terhadap Rabb-nya dan berpaling dari mengenal-Nya Subhanahu wa Ta‘ala. [1]
Dalam tulisan ini, kita akan bersama-sama mengenal salah satu nama Allah yang agung, yaitu Al-Muhaimin. Nama ini mengandung makna pengawasan, penjagaan, dan kesaksian Allah atas seluruh makhluk-Nya, serta membawa pelajaran penting bagi setiap hamba dalam membina rasa muraqabah dan keikhlasan. Semoga pembahasan ini menjadi sebab bertambahnya iman, ketundukan, dan ihsan dalam peribadatan kita kepada Allah Ta‘ala.
Dalil nama Allah “Al-Muhaimin”
Nama Al-Muhaimin disebutkan satu kali dalam firman Allah Ta‘ala,
الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ
“Al-Mu’min, Al-Muhaimin.” (QS. Al-Hasyr: 23)
Allah juga menyebutkan makna nama ini dalam firman-Nya,
وأنزلنا إليك الكٌتّابّ بالحقّ مصّدقْا لما بين يديه من الكتاب ومهيمناً عليه
“Dan Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) dengan membawa kebenaran, membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan sebagai penjaga terhadapnya.” (QS. Al-Ma’idah: 48) [2]
Kandungan makna nama Allah “Al-Muhaimin”
Untuk mengetahui kandungan makna dari nama Allah tersebut dengan menyeluruh, maka perlu kita ketahui terlebih dahulu makna kata “Al-Muhaimin” secara bahasa, kemudian dalam konteksnya sebagai nama Allah Ta’ala.
Makna bahasa dari “Al-Muhaimin”
Al-Muhaimin adalah bentuk ism fā‘il (pelaku) dari kata ( هَيْمَنَ – يُهَيمن – هَيمَنَة ) haymana – yuhaiminu – haimanatan. Secara bahasa, kata al-haymanah berarti mengawasi dan memelihara sesuatu. [3]
Lebih jauh lagi, dalam Lisan al-‘Arab, Ibnu Manzur menyebutkan,
وَفِي المُهَيْمِن خَمْسَةُ أَقوال: قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ المُهَيْمِن المُؤْتَمَنُ، وَقَالَ الْكِسَائِيُّ المُهَيْمِنُ الشَّهِيدُ، وَقَالَ غَيْرُهُ هُوَ الرَّقِيبُ، يُقَالُ هَيْمَن يُهَيْمِنُ هَيْمنَة إِذَا كَانَ رَقِيبًا عَلَى الشَّيْءِ، وَقَالَ أَبو مَعْشَرٍ وَمُهَيْمِناً عَلَيْهِ مَعْنَاهُ وقَبَّاناً عَلَيْهِ، وَقِيلَ: وَقَائِمًا عَلَى الكُتُب.
“Terdapat lima pendapat ulama tentang makna al-Muhaimin,
1) Ibnu ‘Abbas mengatakan: al-Muhaimin adalah al-Mu’taman (yang dipercaya).
2) Al-Kisā’ī mengatakan: al-Muhaimin adalah asy-Syahīd (yang menyaksikan).
3) Ulama lain mengatakan: al-Muhaimin adalah ar-Raqīb (yang mengawasi), sebagaimana dalam ungkapan “haymana yuhayminu haymanah” — artinya mengawasi sesuatu.
4) Abu Ma‘syar menafsirkan muhaiminan ‘alayh sebagai qabbānan ‘alayh (yang menimbang atau memutuskan atasnya).
5) Ada juga yang menafsirkan al-Muhaimin sebagai qāiman ‘ala al-kutub (yang memelihara dan menjaga kitab-kitab).” [4]
Ibn Fāris rahimahullah mengatakan,
الْمُهَيْمِنُ، وَهُوَ الشَّاهِدُ … مِنْ بَابِ أَمِنَ، وَالْهَاءُ مُبْدَلَةٌ مِنْ هَمْزَةٍ
“Al-Muhaimin bermakna saksi (asy-syahīd), berasal dari akar kata a-mi-na. Huruf ha’ di dalamnya adalah bentuk pengganti dari hamzah.” [5]
Makna “Al-Muhaimin” dalam konteks Allah
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya,
وَقَوْلُهُ: {الْمُهَيْمِنُ} قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَغَيْرُ وَاحِدٍ: أَيِ الشَّاهِدُ عَلَى خَلْقِهِ بِأَعْمَالِهِمْ، بِمَعْنَى: هُوَ رَقِيبٌ عَلَيْهِمْ، كَقَوْلِهِ: {وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ} [الْبُرُوجِ: 9] ، وَقَوْلُهُ {ثُمَّ اللَّهُ شَهِيدٌ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ} [يُونُسَ: 46] .
وَقَوْلُهُ: {أَفَمَنْ هُوَ قَائِمٌ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ} الْآيَةَ [الرَّعْدِ: 33] .
“Makna firman-Nya {Al-Muhaimin} adalah sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas dan banyak ulama lainnya, yaitu Yang menyaksikan amal perbuatan hamba-hamba-Nya. Maknanya adalah Yang mengawasi mereka, sebagaimana dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.‘ (QS. Al-Buruj: 9); ‘Kemudian Allah menjadi saksi atas apa yang mereka lakukan.‘ (QS. Yunus: 46); ‘Maka apakah Dia yang mengawasi setiap jiwa terhadap apa yang diperbuatnya?‘ (QS. Ar-Ra‘d: 33)” [6]
Asy-Syaikh ‘Abdur Razzaq al-Badr hafidzahullah menjelaskan tentang makna nama ini dengan mengatakan,
ومعنى «المهيمن) أي: المطلع على خفايا الأمور، وخبايا الصدور، الذي أحاط بكل شيء علما، الشاهد على الخلق بأعمالهم الرقيب عليهم فيما يصدر منهم من قول أو فعل، لا يغيب عنه من أفعالهم شيء، ولا يعزب عنه مثقال ذرة في الأرض ولا في السماء.
“Makna Al-Muhaimin adalah Dzat yang mengetahui secara sempurna rahasia perkara dan bisikan hati, yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dia adalah saksi atas seluruh amal makhluk-Nya, pengawas atas apa pun yang keluar dari mereka, baik ucapan maupun perbuatan. Tidak ada satu pun dari perbuatan mereka yang tersembunyi dari-Nya, bahkan sebesar dzarrah pun di bumi maupun di langit tidak akan luput dari-Nya.” [7]
Baca juga: Mengenal Nama Allah “Al-Quddus”
Konsekuensi dari nama Allah “Al-Muhaimin” bagi hamba
Penetapan nama “Al-Muhaimin” bagi Allah Ta’ala memiliki banyak konsekuensi, baik dari sisi sifat dan pengkhabaran terhadap Allah, maupun dari sisi hamba. Berikut ini beberapa konsekunsinya dari sisi hamba:
Mengimani nama “Al-Muhaimin” dan maknanya yang sempurna
Seorang mukmin wajib mengimani bahwasanya di antara nama dari nama-nama Allah yang paling baik adalah Al-Muhaimin; dan menetapkan makna dari nama tersebut. Allah Subhanahu wa Ta‘ala merupakan saksi atas seluruh makhluk-Nya terhadap segala yang keluar dari mereka, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Tidak ada satu pun dari amal mereka yang tersembunyi dari-Nya. Allah memiliki kesempurnaan mutlak dalam hal ini; Dia tidak tersesat, tidak lupa, dan tidak lalai. Sebagaimana firman-Nya,
وّمّا الله بٌغّافٌلُ عّمَّا تّعًمّلٍونّ
“Dan Allah tidaklah lalai terhadap apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 74) [8]
Menumbuhkan rasa muraqabah serta takut dan harap kepada-Nya
Di antara buah dari keimanan terhadap nama mulia Al-Muhaimin adalah tumbuhnya kesadaran akan pengawasan Allah yang sempurna. Karena nama ini mencakup makna sebagai saksi, pengawas, dan pengatur segala sesuatu, maka seorang hamba seyogianya merasa takut dan berharap kepada-Nya dalam segala keadaan. Sebab Dialah yang menyaksikan rahasia dan bisikan hati, baik di dunia maupun di akhirat. [9]
Mendorong penjagaan lisan, anggota tubuh, dan bisikan hati
Barang siapa yang mengetahui bahwa Allah mengetahui dirinya, melihatnya, dan mengawasinya secara sempurna, maka hal itu akan membuahkan penjagaan lisan, anggota tubuh, dan bisikan hati dari segala hal yang tidak diridai oleh Allah. Ia akan berusaha mengarahkan semua bagian dirinya hanya pada hal-hal yang dicintai dan diridai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. [10]
Semoga Allah Ta‘ala menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mengenal-Nya dengan sebenar-benarnya, memahami makna nama-nama-Nya yang mulia, dan istikamah dalam muraqabah serta ketaatan di setiap waktu dan keadaan. Aamiin.
Baca juga: Mengenal Nama Allah “Al-Mu’min”
***
Rumdin PPIA Sragen, 13 Dzul-Qadah 1446
Penulis: Prasetyo Abu Ka’ab
Artikel Muslim.or.id
Referensi Utama:
Al-Badr, Abdur Razzaq. 2015. Fiqhul Asma’il Husna. Cet. ke-1. Mesir: Dar ‘Alamiyah.
An-Najdi, Muhammad Al-Hamud. An-Nahjul Asma fi Syarhil Asma’il Husna. Kuwait: Maktabah Imam Dzahabi.
Al-Misy‘ad, Mubarak Abdullah. At-Ta‘liq al-Asna ‘ala Manzhumat Asma’ Allah al-Husna li Ibni ‘Utsaimin wa Mukhtashariha. Cetakan Pertama. Dammam: Dar Ibn al-Jauzi, 1444 H.
Catatan kaki:
[1] Disarikan dari Fiqhul Asma’il Husna, hal. 24.
[2] An-Nahj al-Asmā, hal. 94.
[3] Al-Bayan fi Tasrif Mufradat al-Qur’an ‘ala Hamisy al-Mushaf al-Sharif, hal. 548 dan At-Ta‘liq al-Asna ‘ala Manzhumat Asma’ Allah al-Husna, hal. 242.
[4] Lisan al-‘Arab, 13: 437.
[5] Maqāyīs al-Lughah, 6: 63.
[6] Tafsir Ibnu Katsir, 8: 80. Tentang perbedaan pendapat dari para ahli tafsir dalam hal ini, silakan merujuk ke Tafsir Ath-Thabari, 22: 552-554.
[7] Fiqhul Asma’il Husna, hal. 187.
[8] Lihat An-Nahj al-Asma, hal. 95.
[9] At-Ta‘liq al-Asnā, hal. 242–243.
[10] Fiqhul Asma’il Husna, hal. 32.
Artikel asli: https://muslim.or.id/105464-mengenal-nama-allah-al-muhaimin.html